Banyak orang punya cita-cita ingin memiliki usaha sendiri dan berhenti bekerja pada orang lain. Tapi dari sekian banyak orang yang bermimpi untuk berbisnis sendiri, mungkin tidak sampai dari 10% orang yang benar-benar BERANI bertindak dan mengambil langkah awal. Kekawatiran akan masa depan, ketakutan terhadap ketidakpastian, rasa tidak percaya diri, dan enggan untuk menderita menjadi faktor utama yang menghambat mereka.
Seperti yang saya katakan dalam setiap workshop dan seminar “Emotion for Success”, yang membuat Anda gagal atau berhasil sebenarnya adalah perasaan Anda sendiri. Sebenarnya Tuhan sudah menaruh SEMUA kemampuan yang Anda perlukan dalam diri Anda. Namun yang membuat Anda terhambat seringkali bukan karena kemampuan Anda, melainkan karena perasaan-perasaan Anda.
Berapa banyak diantara kita yang sering berhenti melangkah padahal kita sudah tahu di depan sana ada kesuksesan hanya gara-gara kita merasa takut, merasa minder, merasa tidak aman, merasa kawatir, dan merasakan berbagai emosi penghambat lainnya?
Saya pernah berkenalan dengan seseorang yang gemar membaca berbagai macam buku motivasi, psikologi, dan pengembangan diri. Bukan hanya itu, ia juga sering sekali menghadiri seminar dan workshop para pembicara terkenal baik dalam negeri dan luar negeri. Kalau saya kebetulan punya kesempatan untuk sharing dengan orang ini, saya selalu mendapatkan “ilmu baru” karena ia seperti tidak pernah kehabisan “stok ilmu”. Termasuk salah satu diantaranya adalah topik entrepreneurship. Banyak sekali ilmu berbisnis dan bagaimana memulai usaha sendiri yang dia bagikan kepada saya. Bahkan saya melihat sebenarnya dia sudah sangat cocok untuk menjadi seorang pembicara dalam bidang entrepreneurship.
Namun sayang, meski dia begitu menguasai strategi dan ilmu entrepreneurship. Dan bahkan berkali-kali mendorong orang lain untuk mulai berbisnis, namun dia sendiri tidak pernah memulai bisnisnya sendiri. Apa alasannya? Sederhana, lagi-lagi perasaan-perasaan penghambat seperti takut kalau gagal, merasa belum mampu, merasa masih kecil, merasa terlalu banyak saingan kuat, kawatir kalau tidak seperti yang diharapkan, dan enggan untuk menderita dan bersusah payah di awal membuat ia akhirnya hanya “pandai berbicara tapi tidak berani melakukan”.
SEMUA ORANG (termasuk saya) ketika memulai bisnisnya sendiri, PASTI akan menghadapi perasaan takut, kawatir, dan cemas. Namun yang membedakan entrepreneurship sejati dan yang tidak adalah kemampuan bagaimana mereka mengelola perasaan-perasaan itu dan menjadikannya sebagai pendorong untuk maju. Jika Anda menunggu sampai semua keadaan ideal, suportif, tidak ada resiko, tanpa ancaman, maka sampai kapanpun Anda tidak akan berani berbisnis.
Inilah alasan mengapa dalam workshop “Emotion for Success” 3+3 hari yang saya rancang, saya memasukkan sesi terapi untuk menghilangkan mental block dan perasaan-perasaan penghambat yang membuat kita tidak berani bertindak. Bukan hanya sekedar untuk entrepreneurship, melainkan juga untuk berbagai sisi kehidupan lainnya.Misalnya, sebagai seorang marketing, Anda tahu Anda harus menelpon calon prospek Anda. Namun, setiap kali Anda menelpon dan sang calon tidak mengangkat Anda merasa lega… dalam hati Anda berkata, “Tuh aku udah telpon kan… Tapi nggak diangkat…”
Bukankah ini hal aneh? Anda ingin mendapat klien, tapi Anda lega ketika sang klien tidak mengangkat telpon Anda? Seperti ada perasaan enggan, takut, malas, malu, tidak percaya diri, atau kawatir yang membuat Anda tidak ingin klien mengangkat telponnya. Perasaan-perasaan seperti inilah yang harus dibereskan dalam hidup kita agar semua potensi yang Tuhan taruh dalam diri kita bisa benar-benar meluncur keluar dan menunjukkan kedahsyatannya dalam mengantarkan Anda kepada impian-impian Anda!
Kini, Anda mengerti bukan betapa pentingnya faktor perasaan sebagai penentuk keberhasilan dan kebahagiaan hidup Anda?
bagikan info menarik ini!